NING – Kesadaran Jati Diri Sejati dalam Berkarya

3093

Oleh: Era Soekamto

Nusantara adalah bangsa yang sangat besar. Dengan kekuatan Linuih dan spiritual yang mendasari peradaban nenek moyang kita dengan sejarah Kerajaan-kerajaan yang Jaya di Masa lalu. Kita pernah menjadi pusat belajar dari seluruh dunia, menjadi acuan dari semua peradaban. Kita menginspirasi semua bangsa-bangsa untuk bisa maju seperti kita. Tetapi itu dulu.

Sejarah mulai putus dari kehidupan modern. Bangsa kita menjadi bangsa yang lupa akan kejayaannya dan menjadi masyarakat pengguna yang aktif yang terinspirasi dari budaya luar dari mulai produk, seni dan gaya hidup menjadi kehilangan jati diri.

Pendidikan berbasis Spiritual quotion dan Love quotion mulai hilang tergantikan dengan Intelectual Quotion yang segala sesuatunya berdasarkan pengetahuan berbasis otak kiri, terutama dengan adanya tekhnologi, dimana mengakses tekhnologi bisa dengan sangat mudah dilakukan. Teknologi bukan hanya sebagai pembantu manusia dalam menjalankan kehidupannya. Namun, manusia menjadi sangat tergantung dengan teknologi dan lupa akan hakikat manusia diciptakan.

Rasa menjadi tumpul berganti dengan logika yang sangat kuat. Emotional Quotion menjadi redup, semua didasari dengan referensi dari luar ke dalam, bukan dari dalam (intuitif murni) ke luar. Spiritual Quotion dan kekuatan linuih yang sudah ada dari jaman dahulu kala menjadi redup dan tumpul, berganti konotasi menjadi kekuatan spiritual a.k.a mistis dan ghaibiyah.

Standarisasi hidup menjadi sangat material, selalu melihat keluar, arti sukses menjadi sangat berbeda, standarisasi cantik menjadi seperti yang ada di iklan-iklan, rambut lurus hitam, badan langsing, wajah putih, selebihnya tidak ada dalam kategori cantik. Dunia material ini diikuti dengan dunia konsumerisme, semua membaca pola market dan memberikan kemudahan-kemudahan yang instan, produk yang bisa mengangkat percaya diri, status bahkan derajat. Konsumerisme membuat semua keputusan berdasarkan rating, penjualan, materi. Rantai ini terus berputar menjauh dari esensi, karena berputar dengan sangat cepatnya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ketika kecenderungan ini dialami oleh hampir semua lapisan, dunia tentu saja menjadi tidak seimbang. Bukan hanya standarisasi profesionalisme dan status yang menjadi materi, namun kepercayaanpun menjadi materi. Tumpulnya rasa dalam melihat sebuah sastra dan pola, hilangnya cinta dalam berTuhan. Inilah yang disebut sebagai Kaliyuga atau kalabendu (masa kegelapan).

Zaman Kali Yuga dikenal juga dengan nama Zaman Kehancuran atau Kegelapan. Kaliyuga adalah merupakan zaman terakhir menurut ajaran Agama Hindu. Bila ditinjau dari segi arti, konon katanya, kaliyuga adalah merupakan kebalikan dari zaman Krta/Satya Yuga, dimana kalau pada zaman krta yuga hati manusia benar-benar tertuju kepada Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pengembali alam beserta isinya, maka pada zaman kaliyuga kepuasan hatilah yang menjadi tujuan utama dari manusia. 

Zaman kehancuran selalu datang bersamaan dengan zaman kertayuga/satyaYuga zaman keemasan. Zaman keemasan inilah diawali dengan kembalinya Darma atau Budi Luhur/ Ahlakul Karimah. Momentum adalah sebuah pilihan diri untuk  berperan serta dalam kebangkitan atau terlena dalam masa kehancuran.

Tujuan :

  1. Menggugah kesadaran kolektif untuk  menyadari bahwa kita bisa memilih berdiri dan bergerak di kertayuga (reframing and solution minded trough hope base activity)
  2. Menggugah kesadaran Mengenali diri sendiri yang sejati (Fisik dan Spiritual)
  3. Mendorong kesadaran tentang Nusantara Wisdom melalui Karya Agung Nusantara yang mengandung seni sakral untuk menyambungkan sejarah dengan kehidupan modern untuk menumbuhkan kepercayaan diri
  4. Menumbuhkan kesadaran bahwa manusia diciptakan sesempurnanya mahluk, pahami human design dan salah satu kemampuannya yaitu co-creator
  5. Mendorong kesadaran optimal tentang cipta rasa dan karsa sesuai dengan karakteristik diri
  6. Membangun diri yang selalu positif, bahagia, kreatif dan rahmatan lil alamin
  7. Mendorong kesadaran untuk memahami apa pesan semesta dan apa tugas kita dihidupkan didunia ini dan apa kontribusi kita bagi perubahan dalam kesadaran yang optimal.